Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 26 Juni 2008

tak ada yang sia-sia

Aku sangat meyakini bahwa apapun yang diciptakan oleh ALLAH S.W.T tak ada yang sia-sia. Atas dasar itu maka saya berpendapat bahwa semua ekspresi perasaan seperti bahagia, putus asa, sakit hati, sedih, marah dan masih banyak lagi adalah juga ciptaan ALLAH S.W.T. dikarenakan ekspresi perasaan tersebut adalah ciptaan ALLAH S.W.T maka tidaklah sia-sia hal itu diciptakan. Dalam tulisan ini saya mencoba melihat dari sudut pandang yang lebih positif dari semua ekspresi perasaan manusia;
Bahagia
Rasa bahagia yang diberikan allah pada kita adalah rasa yang paling mudah kita terima, “Siapa orang di dunia ini yang tidak ingin bahagia?”, di sini yang terpenting adalah apa yang bisa membuat kita bahagia?.
Apakah kita baru bisa bahagia bila cita-cita kita tercapai, maka BERJUANGLAH.
Apakah kita baru bisa bahagia bila melihat orang lain bahagia, maka BERBAGILAH.
Apakah kita baru bisa bahagia bila gadis yang kita sayangi bahagia, maka CINTAILAH.
Betapa maha hebatnya ALLAH S.W.T hanya dengan “satu rasa” saja sudah bisa membuat kita bersemangat untuk mengejar mimpi, bersemangat untuk saling berbagi, dan untuk saling mencintai.
Putus Asa
Jangan kira “putus asa” itu tak berguna. Sudah sering kita dengar dari orang tua maupun dari guru kita bahwa “berputus asa” itu tidak baik, “putus asa” akan membuat kita lemah, dan putus asa akan membuat kita menjadi orang yang tidak berguna. Pendapat seperti itu memang tak ada salahnya, tapi dari berbagai dampak negatif rasa “putus asa” ada juga hal positif yang bisa kita pelajari dari rasa “putus asa”. Dangan timbulnya rasa putus asa pada diri, kita bisa bisa berkaca diri seberapa batas kemampuan yang kita miliki. Dengan datangnya rasa putus asa pada diri, otomatis kita “mengistirahatkan” fisik dan pikiran yang selama ini telah kita gunakan habis-habisan untuk mengejar sesuatu. Pada proses putus asa (baca ; istirahat) maka kita memaksimalkan kembali fisik dan fikiran yang telah digunakan. Dengan kembalinya kondisi fisik dan fikiran yang prima, kita bisa kembali mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan sehingga mengakibatkan kita tak bisa mencapai target yang diinginkan. Untuk selanjutnya kita bisa menyusun langkah-langkah yang jitu untuk kembali mengejar target itu.
Marah
bagaimana bisa memandang positif rasa marah?. Jangan salah, rasa marah amat sangat sekali ada gunanya. Apabila kita sedang marah alangkah baiknya kita tidak menahan-nahan rasa itu. Rasa amarah yang kita tahan itu sama saja kita menimbun bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak kapan saja dimana saja. Pada dasarnya rasa marah tidak bisa kita tahan, jalan terbaik apabila kita sedang marah adalah menyalurkan amarah tersebut.
Ingat “kemarahan adalah alat setan”. Setan sering menjadikan kemarahan sebagai alat untuk menguasai diri kita menuju kesesatan. Fakta tersebut sering terjadi, di acara berita criminal sering ada kasus pembunuhan dikarenakan rasa dendam (itu akibat memendam rasa amarah), ada kasus penganiayaan karena merasa dihina, dan lain sebagainya.
Sekarang untuk menjawab pertanyaan “bagaimana bisa memandang positif rasa marah?” adalah pertama yang harus kita lakukan adalah merubah “kemarahan yang sebagai alat setan untuk menguasai diri kita “menjadi “kemarahan sebagai alat kita untuk menguasai dan melindungi diri kita dari setan”. Apabila kita bisa merubah itu maka kita baru bisa memanfaatkan amarah tersebut kearah yang positif.
• kita bisa memanfaatkan amarah untuk bangun dari kemalasan kita
• kita bisa memanfaatkan amarah untuk membuat karya yang besar; seperti kemarahan Thomas Alfa Edison ketika gurunya mengatakan bahwa Thomas terlalu bodoh untuk belajar sesuatu, dan seperti kemarahan Beethoven ketika gurunya menyebut Beethoven sebagai seorang komposer yang tidak mempunyai harapan.
• Dan kita bisa memanfaatkan amarah, sebagai alat pertahanan diri.
Sedih
Kesedihan, rasa kecewa, dan lainnya yang sejenis tentu saja pernah dirasakan kita sebagai manusia normal. Kadang kita sering menangis tersedu-sedu ketika ada orang lain yang menyakiti hati kita dan terkadang kita merasa kecewa ketika orang yang kita percayai telah mengkhianati. perasaan tersebut adalah sesuatu yang wajar. Yang tidak wajar apabila kita terlalu larut didalamnya.
Rasa sedih muncul tentu saja ada factor yang memicunya. Agar tidak berlarut-larut terjerembab dalam lembah kesedihan tentu saja kita harus memandang factor pemicu dari sudut pandang yng lebih positif. Sebagai contoh ; ada seorang gadis remaja yang bersedih, menanggis tersedu-sedu dan berusaha ingin mengakhiri hidupnya dikarenakan pacar yang ia cintai telah selingkuh. Tentu saja kesedihan yang berlarut dan bahkan rasa ingin bunuh diri tak perlu terjadi apabila kita memandangnya sebagai berikut; “untung aku tahu lebih awal kalau pacarku ternyata tidak setia, alangkah celakanya aku bila aku baru mengetahui kalau aku sedah menikah dan memiliki anak banyak”. Apabila kita telah bisa melihat factor pemicu dari sudut pandang yng lebih positif tentusaja rasa sedih, kecewa, sakit hati akan berubah menjadi rasa syukur yang luar biasa.
ALLAH S.W.T menanamkan benih rasa sedih, kecewa tentu saja alasan tertentu. Salah satu alasannya adalah agar manusia itu menyadari diri bahwa dirinya adalah mahkluk yang lemah, tak berdaya, dan fana. Manusia itu tak begitu hebat bila dibandingkan dengan ALLAH S.W.T, manusia bisa terluka, manusia bisa menangis, manusia bisa berdarah. Tapi sayang masih banyak manusia didunia ini menganggap dirinya paling hebat.

0 komentar: